Keutamaan bulan
Muharram
Oleh : Abu Saevan Adz Dzaky
Bulan Muharram termasuk bulan yang istimewa.
Banyak dalil yang menunjukkan bahwa Allah dan rasul-Nya memuliakan bulan
Muharram, di antaranya adalah:
1. Termasuk Empat Bulan Haram ( suci )
Allah berfirman,
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا
عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah
adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit
dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..”
(QS. At-Taubah: 36)
Keterangan:
a. Yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzul Qa’dah, Dzulhijjah,
Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab.
b. Disebut bulan haram, karena bulan ini dimuliakan masyarakat Arab, sejak
zaman jahiliyah sampai zaman Islam. Pada bulan-bulan haram tidak boleh ada
peperangan.
c. Az-Zuhri mengatakan,
كَانَ المُسْلِمُونَ يُعَظِّمُوْنَ الأَشْهُرُ
الْحُرُمُ
“Dulu para sahabat menghormati syahrul hurum”
(HR. Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf, no.17301).
2. Dari Abu Bakrah radhiallahu‘anhu,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ
خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ
وَالْمُحَرَّمُ ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِى بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
“Sesungguhnya zaman berputar sebagai mana
ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan.
Diantaranya ada empat bulan haram (suci), tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah,
Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar, antara Jumadi Tsani
dan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
3. Dinamakan Syahrullah (Bulan Allah)
Dari Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ
اللهِ المُحَرَمُ
“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah
puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim)
Keterangan:
a. Imam An Nawawi mengatakan, “Hadis ini menunjukkan bahwa Muharram adalah
bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah.” (Syarah
Shahih Muslim, 8:55)
b. As-Suyuthi mengatakan, Dinamakan syahrullah –sementara bulan yang lain tidak
mendapat gelar ini– karena nama bulan ini “Al-Muharram” nama nama islami.
Berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman
jahiliyah. Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan
nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datanng, Allah ganti nama bulan ini
dengan Al-Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya
(Syahrullah). (Syarh Suyuthi ‘Ala shahih Muslim, 3:252)
c. Bulan ini juga sering dinamakan: Syahrullah Al Asham [arab: شهر الله الأصم ] (Bulan Allah yang
Sunyi). Dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan ini (Lathaif
al-Ma’arif, Hal. 34). karena itu, tidak boleh ada sedikitpun friksi dan
konflik di bulan ini.
4. Ada satu hari yang sangat
dimuliakan oleh para umat beragama. Hari itu adalah hari Asyura’.
Orang Yahudi
memuliakan hari ini, karena hari Asyura’ adalah hari kemenangan Musa bersama
Bani Israil dari penjajahan Fir’aun dan bala tentaranya. Dari Ibnu Abbas radhiallahu‘anhuma,
beliau menceritakan,
لَمَّا قَدِمَ الْمَدِينَةَ وَجَدَهُمْ
يَصُومُونَ يَوْمًا ، يَعْنِى عَاشُورَاءَ ، فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ عَظِيمٌ ،
وَهْوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى ، وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ ، فَصَامَ
مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ . فَقَالَ
« أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ » . فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba
di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa di
hari Asyura’. Beliau bertanya, “Hari apa ini?” Mereka menjawab, “Hari yang
baik, hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, sehingga
Musa-pun berpuasa pada hari ini sebagai bentuk syukur kepada Allah. Akhirnya
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami (kaum muslimin) lebih layak
menghormati Musa dari pada kalian.” kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpuasa dan memerintahkan para sahabat untuk puasa. (HR. Al Bukhari)
5. Para ulama menyatakan bahwa bulan
Muharram adalah adalah bulan yang paling mulia setelah Ramadhan
Hasan Al-Bashri mengatakan,
إِنَّ اللهَ اِفْتَتَحَ السَنَةَ بِشَهْرِ حَرَام
وَخَتَمَهَا بِشَهْرِ حَرَام فَلَيْسَ شَهْرُ فيِ السَنَةَ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ
أَعْظَمُ عِنْدَ اللهِ مِنْ المُحَرَم وَكَانَ يُسَمَّى شَهْرُ اللهِ الأَصَم مِنْ
شِدَّةِ تَحْرِيْمِهِ
Allah membuka awal tahun dengan bulan haram (Muharram) dan
menjadikan akhir tahun dengan bulan haram (Dzulhijjah). Tidak ada bulan dalam
setahun, setelah bulan Ramadhan, yang lebih
mulia di sisi Allah dari pada bulan Muharram. Dulu bulan
ini dinamakan Syahrullah Al-Asham (bulan Allah yang sunyi), karena sangat
mulianya bulan ini. (Lathaiful Ma’arif, Hal. 34)
Allahu a’lam