Suatu
hari ada seorang sahabat ('Uqbah bin 'Aamir) datang kepada rasulullah saw dan
bertanya :
يَا
رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ ؟
"Wahai rasulullah
apa yang bisa membuat diriku tenang, tentram, enjoy, serta selamat baik dunia
maupun akhirat ?"
قَالَ
أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ
Rasulullah
saw menjawab : "(Amsik 'alaika lisanak) Jagalah lisanmu, (Walyasa'ka baituk)
luaskanlah rumahmu, (Wabki 'ala khathi'atik) dan tangisilah perbuatan salahmu."
(Diriwayatkan Turmudzy)
Dari
hadits diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jalan, manhaj, konsep, cara agar
seseorang itu selamat sehingga merasa tenang, tentram, dan tuma'ninah dalam
menghadapi segala permasalahan ada tiga perkara :
1.
Menjaga lisan.
Lisan itu
bagaikan kuda, keduanya bisa mencelakakan dan bisa menyelamatkan pemiliknya. Hingga
kemudian apabila seorang faaris (penunggang kuda) sembarang naik tanpa
mengetahui kaifiyah (cara) mengendalikan tunggangannya maka ia akan mudah terlempar
jatuh dari kudanya tadi. Begitu pula lisan, jika seseorang sembarangan dalam
menggunakan lisannya tanpa ada kendali niscaya ia akan mengalami banyak
kekeliruan dan kesalahan sehingga bisa menjerumuskannya kedalam jahannam.
Makanya, amatlah benar Rasulullah
saw ketika berjanji dengan bersabda :
مَنْ
يَضْمَنُ لِيْ مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنُ لَهُ الْجَنَّةَ
"Barangsiapa yang
mampu menjaga apa yang ada diantara kedua rahangnya (lisannya) dan apa yang ada
diantara kedua kakinya (kemaluannya) dengan baik, aku berani menjamin bahwa dia
pasti akan masuk surga," (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Sahl
bin Sa'ad)
Bukhari
dan Muslim meriwayatkan dari Abu Musa
, ia berkata : "Aku pernah
bertanya : 'Wahai rasulullah, siapakah muslim yang paling utama ?' beliau
menjawab 'Muslim yang muslim lainnya terbebas dari gangguan lisan dan
tangannya."
Bahkan rasulullah
menjelaskan bahwa keistiqamahan iman seseorang tergantung pada lisannya, sabda
beliau :
لا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ
قَلْبُهُ وَلا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ
"Keimanan
seseorang hamba tidak dianggap istiqamah sebelum hatinya istiqamah. Dan hati
itu tidak dianggapa istiqamah sebelum lidahnya istiqamah."
(Diriwayatkan Ahmad dari Anas bin Malik)
Kemudian
rasulullah juga mengindikasikan bahwa seseorang itu akan selalu dan senantiasa
menjaga lisannya jika ia mengaku bahwa dirinya beriman kepada Allah dan hari
akhir. Beliau bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَ اليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ
خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.
"Barangsiapa beriman kepada Allah
dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam". (Diriwayatkan
Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Imam Nawawi berkata : "Maksud
Hadits ini jelas, yaitu agar seseorang tidak mengeluarkan kata-kata, kecuali
yang baik yakni perkataan yang ada manfaatnya, tahu kapan perlu berbicara dan
tahu kapan tidak perlu berbicara. Menurut sunnah, seseorang hendaknya menahan
diri dari banyak bicara, sebab perkataan yang asalnya mubah sekalipun terkadang
bias menjurus kepada haram atau makruh, dan yang demikian banyak dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, sementara keselamatan lisan merupakan sesuatu yang mahal
harganya."
Makanya tidak aneh jika para
ulama salaf saleh sangat berhati-hati dengan lisan yang mereka miliki. Sebagaimana penuturan Salah seorang sahabat
yang bernama Ibnu Mas'ud r.a, beliau mengatakan :
مَا
شَيْءٌ أَحْوَجُ إِلَى طُوْلِ سِجْنٍ مِنْ لِسَانِي
"Tidak ada yang lebih berhak untuk
dipenjarakan secara berkepanjangan selain dari lisanku". Karenanya
alangkah baiknya seseorang lebih mengutamakan dan memprioritaskan indera lain
(pendengaran) dari pada yang satu ini (lisan). Seorang sahabat (Abu Darda r.a)
berkata : "Aktifkanlah dua telingamu daripada mulutmu. Karena engkau
diberi dua telinga dan satu mulut, agar engkau lebih banyak mendengar daripada
berbicara."
Shamit bin 'Ajalan mengatakan :
يَا
ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا سَكَتَّ فَأَنْتَ سَالِمٌ فَإِذَا تَكَلَّمْتَ فَخُذْ حَذْرَكَ
إِمَّا لَكَ وَ إِمَّا عَلَيْكَ
"Wahai anak adam, sesungguhnya
selama engkau diam engkau akan selamat, maka apabila engkau berbicara
berhati-hatilah, karena perkataan itu akan menjadi penolong bagimu atau menjadi
boomerang bagimu."(Jami' Ulum wal Hikam, hal 135). Abu Bakar bin Ayasy
berkata :
أَرَى
فِــي النَفْعِ السُّكُوْتِ السَّـــــلاَمَةَ
"Saya
melihat manfaat diam adalah keselamatan" maka inilah diantara salah
satu kunci keselamatan bagi seorang hamba.